GIANYAR - Yayasan Bhumi Bali Swari (YBBS) kembali menyambut Hari Ulang Tahun-nya yang ke - 2 kali ini dengan kegiatan Agnihotra dan pembagian sembako kepada keluarga kurang mampu.
Seorang sulinggih dari desa Mas, Ida Pandita Mpu Nabe Siwa Agni Daksa Nata, yang dikalangan internal akrab disapa Nak Lingsir ini menjelaskan ritual Agnihotra.
Agnihotra atau Homa adalah pemujaan pada altar api, yang merupakan upacara persembahan kepada dewa api, yaitu Agni, yang dilakukan dalam agama Hindu. Upacara ini merupakan bagian dari tradisi Veda dan merupakan ritual yang sederhana.
Peserta upacara juga diharapkan ikut merafalkan kata "Svaha" pada akhir mantra yang dicantingkan oleh para pendeta Hindu saat itu, Kamis (10/10/2024).
Baca juga:
Dini Hari, Melepas Teman Berhaji
|
Dimana persembahan kepada api ini berperan sebagai perantara antara manusia dan Dewa.
Terlihat juga Jurnalis Gatra Dewata Group I Made Richy Ardhana Yasa ikut serta mengikuti kegiatan ritual Agnihotra.
"Telah banyak bagi mereka yang merasa punya sakit, lewat vivrasi agni itu bisa sembuh. Karena persembahannya merupakan bahan obat - obatan untuk kesehatan, " ungkap Nak lingsir.
Kegiatan keagamaan seperti Metatah massal, Warak Keruron dan lainnya telah sering dilakukannya pada kegiatan dalam wadah Yayasan Bhumi Bali Swari (YBBS).
Ditanya soal adanya sering perdebatan ritual ini, Nak lingsir menyebutkan bahwa Agnihotra merupakan ajaran Weda (Veda). Bahkan upacara semacam ini perlu mendapat perhatian untuk dijadikan sebagai pendamping atau sebagai alternatif di dalam menyempurnakan persembahan atau pelaksanaan upacara yajna.
Agnihotra (Homa Yajna) telah datang dan dilaksanakan di Bali bersamaan dengan masuknya agama Hindu di Bali. Tentu ketika upacara Agnihotra mulai berkembang dan hidup lagi, tidaklah patut dicurigai yang berasal dari aliran atau upacara yang asal atau sumbernya tidak jelas.
Menurut kepercayaan yang dijelaskan oleh Ida Pandita, sama halnya dengan Pemangku atau Sulinggih saat menurunkan para Dewata.
"Banyak yang sudah merasakan manfaat dari kegiatan ini (Agnihotra), sakit jadi sembuh bahkan yang dianggap tidak ingat kawitan bisa kembali, " ungkapnya.
Ia juga menerangkan bahwa persembahan yang dilakukan menggunakan bahan obat, biji dan daun.
"Bahkan ada pengalaman salah satu anggota kita, ditaburi abunya (abu hasil Agnihotra_red) untuk 'carik' (sawah) nya terhindar dari hama wereng, tanaman 'tabya' (cabe) juga dan banyak bukti lain, " pungkasnya.
Kegiatan berakhir dengan acara makan bersama dan potong kue ulang tahun. (Ray)